RSS
Taut
29 Des

MODEL PERENCANAAN PEMBELAJARAN BRIGGS

 

  1. A.    Konsep Model Perencanaan Pembelajaran Briggs

Briggs mengatakan model adalah seperangkat prosedur yang berurutan untuk mewujudkan suatu proses, seperti penilaian kebutuhan, pemilihan media, dan evaluasi.

Berdasarkan pengertian di atas, maka yang dimaksud dengan model perencanaan intruksional adalah seperangkat prosedur yang berurutan untuk melaksanakan pengembangan intruksional. Macam-macam model perencanaan intruksional sangat banyak salah satunya adalah model perencanaan intruksional Briggs.

Model perencanaan Briggs berorientasi pada rancangan sistem dengan sasaran guru sebagai perancang kegiatan instruksional maupun tim pengembang instruksional yang susunan anggotanya meliputi antara lain guru, administrator, ahli bidang studi, ahli media, dan perancang instruksional.

 

  1. B.     Diagram Alur dan Langkah Kerja Model Perencanaan Briggs

Model pembelajaran Briggs ini bersandarkan pada 3 prinsip keselarasan, yaitu

  1. Tujuan yang akan dicapai
  2. Strategi untuk mencapainya
  3. Evaluasi keberhasilannya

Dengan mengutip pendapat Briggs, berdasarkan 3 prinsip dasar pengembangan yang dipakai, urutan langkah kegiatan pengembangan imstruksional Briggs adalah sebagai berikut:

  • Mau ke mana? Meliputi:
  • Dengan apa?Meliputi:
  • Bilamana sampai Tujuan? Meliputi:
  1. Penentuan Tujuan
  2. Perincian Tujuan
  3. Perumusan Tujuan
  4. Analisis tujuan
  1. Penyiapan Evaluasi Hasil Belajar
  2. Penentuan Jenjang Belajar
  3. Penentuan Kegiatan Belajar
  4. Pemantauan Bersama
  1. Evaluasi formatif
  2. Evaluasi sumatif

Bagan model perencanaan Briggs

 

Berdasarkan pendapat Briggs tersebut, secara keseluruhan berikut langkah – langkah kerja model perencanaan pembelajaran Briggs adalah sebagai berikut:

  1. Penentuan tujuan

Langkah awal ini merupakan langkah yang paling penting, karena pebelajar harus mengidentifikasi tujuan apa yang harus dicapai oleh pebelajar(siswa-siswa). Langkah ini merupakan proses penentuan tujuan, kebutuhan, dan prioritas kegiatan pembelajaran. Di sini Briggs menggunakan pendekatan bertahap 4, yaitu:

  1. Mengidentifikasi tujuan kurikulum secara umum dan luas
  2. Menentukan prioritas tujuan
  3. Mengidentifikasi kebutuhan kurikulum yang baru,
  4. Menentukan prioritas remedialnya. Dengan adanya data analisis kebutuhan ini, penggunaan maupun cara pengalokasian waktu, sumber, dan tenaga akan dapat diatur sebaik-baiknya.
  1. Perincian tujuan atau Penyusunan garis besar kurikulum

Kebutuhan pembelajaran yang telah dituangkan ke dalam tujuan-tujuan kurikulum tersebut pengujian harus dirinci, disusun, dan diorganisasikan menjadi tujuan-tujuan yang lebih spesifik yang mendukung tercapainya tujuan akhir kurikuler secara keseluruhan.

  1. Perumusan Tujuan

Setelah tujuan kurikuler yang bersifat umum ditentukan dan diorganisasi menurut tujuan-tujuan yang lebih khusus, tujuan ini sebaiknya dirumuskan dalam tingkah laku belajar yang terukur. Diusulkan agar perumusan tujuan mengandung lima komponen:

  1. Tindakan
  2. Objek
  3. Situasi
  4. Alat dan batasan
  5. kemampuan.
  1. Analisis tujuan

Setelah tujuan dirumuskan, maka apa yang harus diajarkan sudah menjadi jelas. Langkah berikutnya menurut rancangan sistem pembelajaran ialah menentukan bagaimana cara mengajarkannya agar tujuan yang telah dirumuskan tersebut tersebut dapat tercapai. Untuk ini perlu diadakan analisis tentang tiga hal yang berikut:

  1. Proses informasi ; untuk menentukan tata urutan pemikiran yang logis
    1. Klasifikasi belajar (yaitu kemampuan intelektualdan kemampuan belajar informasi, kognitif, sikap dan gerak) : untuk mengidentifikasi kondisi belajar yang diperlukan
    2. Tugas belajar ; untuk menentukan prasyarat belajar dan kegiatan-kegiatan belajar-mengajar yang sesuai.
  2. Penyiapan evaluasi hasil belajar

Penyiapan instrumen evaluasi hasil belajar atau penyusunan tes dilakukan pada tahap ini karena erat kaitannya dengan tujuan yang ingin dicapai. Tes/evaluasi harus shahih (valid), karena itu harus selaras (congruent) dengan tujuannya, apakah itu dimaksudkan untuk menilai perkembangannya (progress) seperti halnya midterm test, tes diagnosa seperti pre test untuk melihat kemampuan awal dan menentukan usaha remedialnya bila dipandang perlu, maupun tes akhir secara komprehensif.

  1. Menentukan jenjang belajar

Tahap berikutnya adalah menentukan jenjang belajar menurut urutan yang telah dianalisis pada nomor 4 (empat). Briggs mengklasifikasikan tahap ini dan tahap berikutnya (penentuan kegiatan belajar) dalam pengertian strategi pembelajaran. Jenjang belajar menyusun kembali sekuens belajar tersebut dalam uraian kegiatan belajar yang merupakan prasyarat bagi kegiatan belajar yang lalu, dan mana yang urutannya dapat bebas pilih (optional).

  1. Penentuan kegiatan belajar

Strategi pembelajaran yang juga harus dikembangkan adalah menentukan bagaimana kegiatan belajar-mengajar akan diatur agar tujuan yang telah dirumuskan dapat tercapai. Penentuan strategi pembelajaran ini oleh Brigg disoroti dari dua segi pandangan, yaitu menurut pandangan guru sebagai perancang kegiatan pembelajaran, dan dikembangkan dalam strategi pembelajaran. Pengembangan strategi pembelajaran (oleh guru), di mana dalam tahap ini guru menjabarkan strategi dalam teknik-teknik mengajar, sesuai dengan fungsinya sebagai penyeleksi materi/sumber belajar. Kerangka kegiatan ini meliputi : 8a Pemilihan media yang sesuai; 9a Perencanaan kegiatan belajar-mengajar; 10a Pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar, dan 11a Pelaksanaan evaluasi belajar.

  1. Pemantauan bersama (monitoring) pelaksanaan kegiatan yang direncanakan

Pada tahap ini pemantauan pelaksanaan kegiatan belajar mengjar dapat dilakukan bersama antara guru sebagai perancang kegiatan pembelajaran yang memanfaatkan media pembelajaran, dan tim pengembang pembelajaran untuk melihat apakah produk dan prosesnya telah dipergunakan sebagaimana diprogramkan.

  1. Evaluasi formatif

Evaluasi pada tahap ini dilakukan untuk memperoleh data guna revisi dan perbaikan materi bahan belajar (instructuion materials) yang dilakukan menurut tiga fase ; (1) uji coba satu-satu 9one to one), (2)uji coba pada kelomupk kecil, kemudian (3) uji coba lapangan dalam skala yang lebih besar.

  1. Evaluasi sumatif

Bila evaluasi formatif dilakukan dalam proses pengembangan sistem pembelajaran untuk perbaikan-perbaikan dari segi pengembangan, maka evaluasi sumatif dilakukan untuk menilai sistem penyampaian secara keseluruhan pada akhir kegiatan. Yang harus dinilai pada evaluasi sumatif bukan sekedar hasil belajar, tetapi juga tujuan pembelajaran dan prosedur

v\:* {behavior:url(#default#VML);}
o\:* {behavior:url(#default#VML);}
w\:* {behavior:url(#default#VML);}
.shape {behavior:url(#default#VML);}

Normal
0

false
false
false

EN-US
X-NONE
X-NONE

MicrosoftInternetExplorer4

/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:”Table Normal”;
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:””;
mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt;
mso-para-margin-top:0in;
mso-para-margin-right:0in;
mso-para-margin-bottom:10.0pt;
mso-para-margin-left:0in;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:”Calibri”,”sans-serif”;
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:”Times New Roman”;
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}

 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada Desember 29, 2012 inci Uncategorized

 

Tinggalkan komentar